Fenomena Catcalling, Pujian atau Pelecehan

Bagi kaum perempuan, mungkin pernah mendapat pujian seperti “cantik” dari kerabat ataupun teman dekatnya. Bagaimana ketika kamu mendengar kata tersebut di tempat umum disertai dengan siulan dari orang yang tidak dikenal, pasti membuat kamu merasa tidak aman. Apakah masih bisa disebut dengan pujian? Waspadai ketika hal tersebut terjadi. Karena bisa jadi merupakan salah satu bentuk pelecehan yang biasa disebut dengan catcalling.

Pengertian Catcalling

Defenisi catcalling menurut Oxford Dictionary adalah siulan, panggilan, atau komentar yang bersifat seksual dan/atau tidak diinginkan oleh pria terhadap wanita yang lewat. Perlu diketahui bahwa catcalling merupakan salah satu fenomena sexual  harassment yang dikategorikan sebagai street harassment, yaitu bentuk pelecehan seksual yang dilakukan di tempat publik.  Namun, masyarakat menganggap bahwa catcalling hanya berupa godaan atau candaan yang diberikan kepada individu tersebut. Anggapan ini kerap menjadi kebiasaan dan bahkan menjadi penyakit bagi masyarakat sekitar. Motif dari pelaku catcalling ini ada beragam, seperti iseng atau candaan yang secara reflek dilakukan oleh pelaku..

Sumber : www.pinterest.com

Bentuk-bentuk Catcalling

Berikut bentuk catcalling yang perlu kamu waspadai, seperti:

  • Memberikan kata-kata menggoda, seperti “hai cantik” “mau kemana, manis” “ seksi sekali kamu
  • Menggunakan isyarat/bahasa tubuh dengan seksis, seperti mengerlingkan mata, memberikan siulan, atau melirik tubuh korban
  • Memberikan sentuhan fisik pada bagian tubuh korban

Dari bentuk catcalling diatas mungkin ada berberapa perempuan yang pernah mengalaminya, atau mungkin kamu sendiri juga mengalami hal yang sama? Maka dari itu, untuk kedepannya kamu lebih berhati-hati, ya.

Fenomena Catcalling

Tidak dipungkiri, fenomena catcalling sudah ada sejak lama dan berkembang hingga saat ini.
Menurut hasil Survei Pelecehan Seksual di Ruang Publik, sebanyak 64 persen dari 38.766 perempuan, 11 persen dari 23.403 laki-laki, dan 69 persen dari 45 gender lainnya pernah mengalami pelecehan di ruang publik. Kebanyakan dari korban mengaku bahwa mereka pernah mengalami pelecehan yang diterima secara verbal, yaitu komentar atas tubuh sebanyak 60 persen, fisik seperti disentuh sebanyak 24 persen dan visual seperti main mata sebanyak 15 persen. Kendati demikian, masih banyak masyarakat yang belum aware terhadap fenomena ini karena masih menganggap ambigu antara pujian atau candaan, dan bahkan mewajarkan tindakan tersebut.

Dampak Buruk

Kita sudah mengetahui bahwa berbagai bentuk catcalling yang dilakukan oleh pelaku merupakan perilaku yang sangat merugikan para korbanya. Hal ini terlihat dari respon atau tanggapan dari para korban. Mereka menjadi lebih takut dan merasa malu, tidak percaya diri dan bahkan ada yang tidak berani mengungkapkan apa yang telah dialaminya, sampai pada akhirnya menjauhi aktivitas di luar hingga stress berkepanjangan. Hal ini terjadi karena muncul perasaan cemas yang berasal dari ingatan atas kejadian yang ia alami. Dan faktanya, banyak korban yang mengakui bahwa mereka tidak melaporkan perilaku catcalling yang mereka alami. Kita dapat menyimpulkan bahwa perilaku ini dapat menyebabkan trauma yang mampu menyerang mental dan psikis korban.

Tidak dapat dipungkiri bahwa berita seperti catcalling sudah banyak beredar di media sosial. Ada beberapa korban yang mau speak up tentang apa yang di alaminya, namun tidak sedikit korban yang merasa malu untuk mengungkapkan kejadian yang telah ia alami hingga berujung pada stress atau bahkan mengakhiri hidupnya. Nah, kalu sudah begini, masyarakat sudah sepatutnya untuk aware tentang bahaya dari fenomena ini. Lantas, bagaimana cara menyikapi fenomena tersebut? Kamu bisa baca 
Kamu sendiri ada yang pernah mengalami hal yang sama?

Daftar Pustaka:

Rianwiani, K, dkk. 2018. Catcall : Pelecehan di balik Pujian. Essay Psikologi Sosial II.


Yudha, D. A., Supriyono & Nugraha, D. M. 2021. Dampak dan Peran Hukum Fenomena Catcalling di Indonesia. Dinamika Sosial Budaya.

Komentar

Postingan Populer